Penyebab Tingginya Angka Keluar Masuk Operator Perkebunan Sawit

https://pernando413.blogspot.com/2020/10/penyebab-tingginya-angka-keluar-masuk.html

1. Peraturan perusahaan yang belum ketat

Peraturan tentang penerimaan karyawan di perkebunan masih belum seketat penerimaan karyawan di industri lain. Masih banyak karyawan yang bermodalkan seadanya atau yang disebut ijazah apa saja yang penting mau bekerja. Ada juga sebagian penerimaan karyawan hanya karena rekomendasi orang yang berpengaruh di sekitar perusahaan.

2. Tingkat disiplin operator masih kurang

Kedisiplinan karyawan masih harus perlu perbaikan dan penanganan yang serius pada sektor perkebunan. Ada beberapa faktor yang berpengaruh yaitu tingkat sumber daya manusia yang kurang, kesiapan untuk benar-benar bekerja masih kurang, faktor orang di sekitar yang menganggap bekerja itu tidak terlalu diseriusi. Ini merupakan salah satu penyebab tingkat kedisiplinan kurang pada sektor perkebunan.

Kebanyakan hanya orang-orang terlatih pada tingkat mandor sampai level atas yang memang benar-benar siap untuk bekerja. Pada perkebunan, penerimaan karyawan masih lebih mengutamakan tingkat quantity dari pada quality karyawan. Inilah yang menyebabkan tingkat ke disiplinan pada perkebunan membutuhkan waktu yang lama untuk pembenahan.

3. Pengetahuan tentang pelatihan atau trainning operator masih kurang

Qualitas karyawan adalah roda utama penggerak dan menentukan berjalannya kegiatan usaha pada perusahaan, pada pembahasan masalah pelatihan sumberdaya karyawan pada perkebunan sangat kurang. Dapat di katakan bisa dalam hitungan jari diadakannya pelatihan dalam setahun bahkan ada yang tidak pernah. 
 
Dengan diadakannya trainning karyawan akan mendapatkan pembekalan dan pengetahuan dasar, sehingga mereka dapat mengontrol dan merawat alat dengan baik. Ini akan berdampak pada umur pemakaian alat sehingga perusahaan juga akan diuntungkan dengan pemakaian usia alat yang panjang dari perkiraan pabrikan tersebut.

Pelatihan juga agar karyawan memiliki kemampuan dan pengakuan karyawan tersebut dalam selembar sertifikat yang akan dapat digunakan untuk jenjang karir karyawan. Akibat kurangnya pelatihan sehingga tingkat kepedulian karyawan terhadap alat kerja dan perusahaan kurang. Sehingga tak jarang di temukan banyak karyawan berpindah perusahaan.

4. Jenjang karir operator perkebunan kurang menjanjikan

Peningkatan karir untuk operator pada perusahaan perkebunan sangat sulit untuk didapatkan oleh karyawan. Memang ada sebagian perusahaan yang telah maju dan menjadikan operator lama dengan skill yang dimiliki direkomendasikan jadi mandor transport. Namun peluang untuk jadi mandor sangat sulit karena posisi mandor transport pada satu perusahaan hanya di tempati satu orang.

Kecuali perusahaan tersebut memiliki banyak cabang sehingga peluang untuk operator terbuka. Inilah salah satu faktor karyawan berpindah, kendala seperti ini masih banyak ditemukan dilapangan. Kebanyakan operator tidak standart artinya operator yang benar-benar paham tentang alat yang dibawa dan berlisensi. 
 
Yang terjadi kebanyakan di temukan di lapangan yang penting dia bisa bawa alat dan mau mengikuti aturan sebagai operator maka dia akan diangkat. Masalah keselamatan karyawan dan sioperator masih menjadi persoalan yang membutuhkan proses yang lama untuk perbaikan.

5. Operator tidak dijadikan perusahaan sebagai aset penting perusahaan

Bukan hanya pada sektor perkebunan saja, masih banyak kita jumpai pada industri di indonesia yang benar-benar menempatkan karyawan tidak sebagai aset penting perusahaan. Belum banyak industri yang menjadikan karyawan sebagai partner kerja, mereka hanya tetap sebagai buruh upah, memanfaatkan hanya tenaga yang dibayar perusahaan.

Perusahaan yang benar-benar memberdayakan karyawan hanya perusahan berskala besar yang sudah menjadikan karyawan sebagai aset, sebagian besar hanya menganggap karyawan sebagai buruh yang mementingkan kerjaannya dan memberi hasil untuk perusahaan tanpa memperdulikan jangka panjang dari karyawan tersebut. Ini yang membuat perusahaan akan ditinggalkan oleh karyawannya dan mencari yang lebih baik dan memanusiakan karyawannya.

6. Kesejahteraan operator masih kurang

Sangat miris bila kita melihat sistem perusahaan di indonesia, masih banyak kita temukan kesejahteraan karyawan masih jauh dari kata sejahtera. Terkadang masih banyak upah yang diberikan perusahaan dibawah standart UMR yang ditetapkan oleh pemerintah, namun kenyataan dilapangan sangat berbeda??

Bagaimana menerka bisa mensejahterakan hidupnya ?? 

Kalau upah yang diterima hanya pas-pasan untuk dimakan setiap bulan, bagaimana mereka menabung? bagaimana mereka mengirimkan sebagian penghasilannya pada keluarganya? kalau mereka saja kekurangan.

Bukan hanya kesejahteraan dalam upah saja, kehidupan tempat tinggal yang layak saja untuk karyawan masih terlihat miris, mereka banyak menempati perumahan yang asal jadi, terkadang penerangan yang minim dan fasilitas MCK yang memprihatinkan tapi mereka masih tetap bertahan untuk berharap ada perbaikan.

Semoga kedepan untuk semua perusahaan di indonesia ada peningkatan kesejahteraan agar karyawan tidak keluar masuk atau berpindah-pindah, sehingga dapat berkarir pada satu perusahaan hingga sampai pensiun. Ini adalah faktor kesenjangan yang nyata pada dunia kerja, mereka yang memiliki pendidikan dan skill akan mendapatkan kehidupan yang layak pada perusahan. 
 
Bagaimana mereka yang tidak memilikinya, yang hanya memiliki semangat dan tekad bekerja keras saja. Setidaknya dalam hal kesejahteraan fasilitas harus menjadi perhatian untuk karyawan kelas bawah. Ini merupakan pengalaman saya yang memulai karir dari nol.