Pengetesan Sistem Bahan Bakar ( Fuel System Test )

* Fuel system test Procedure

https://pernando413.blogspot.com/2020/09/pengetesan-sistem-bahan-bakar-fuel.html
 
Karena fuel system (sistem bahan bakar) merupakan hal yang vital bagi performance mesin, maka perlu dilakukan sebagai perlakuan untuk memastikan seluruh komponen terkait bekerja secara baik dan normal.

Beberapa metode diagnostic test dapat dilakukan setiap saat, terutama waktu terjadi masalah atau setelah mesin selesai melakukan service besar (general overhoul). Beberapa test perlu dilakukan untuk mengetahui kemampuan mesin, terlebih setelah overhoul merupakan suatu hal yang harus dilakukan. Termasuk didalamnya adalah pengetesan dan penyetelan dynamic timing, pemakaian pin timing serta pengetesan nosel (nozzle testing).

* Dynamic timing test

Yang dimaksud dengan dynamic timing yaitu perubahan derajat waktu (timing) bahan bakar saat diinjeksikan kedalam silinder dengan putaran mesin (rpm) yang bervariasi.


Pengujian atau pengukuran dynamic timing adalah untuk memperoleh informasi derajat penyemprotan bahan bakar (timing) untuk semua silinder, pada suatu mesin beroperasi.

Sebagai contoh berikut:
- Indikasi 1, merupakan daerah waktu sebagai referensi (referensi timing) dimana pada grafik menunjukkan peningkatan engine rpm diiringi dengan naiknya derajat waktu (timing). Akan tetapi, peristiwa ini hanya akibat port effect pada saluran di fuel injection pump (FIP) dan belum dipengaruhi oleh automatic timing advance unit (ATAU).

- Indikasi 2, pada titik patah pertama terlihat pada mesin rpm tertentu ATAU mulai bekerja dan timing mulai berubah (start advance) serta terus bertambah seiring naiknya engine rpm. Peningkatan timing disini terjadi lebih besar, karena merupakan gabungan dari pengaruh port effect dan ATAU.

- Indikasi 3, Peningkatan timing ini akan terus berlanjut selama ATAU masih beroperasi. Namun suatu ketika pada mesin rpm tertentu, ATAU berhenti bekerja dan perubahan timing kembali hanya dipengaruhi oleh port effect. Saat ATAU mulai berhenti seperti terlihat pada titik patah terakhir, disebut dengan stop advance.

Catatan:
Sebelum melakukan pengukuran dynamic timing, periksalah spesifikasi dari mesin yang dimaksud pada mesin performance spesification data (ØT, 1T atau 2T No). Kemudian buatlah grafik dari data spedifikasi dan sesuaikan dengan gambar dari data hasil pengukuran.

* Timing indicator

Gunakan timing indicator dengan mesin model yang sesuai. Timing indicator mendapat masukan dari dua signal yaitu transducer yang dipasangkan pada injection line no 1 untuk mendeteksi timing dan magnetic pick up yang dipasangkan di flywheel housing, adalah untuk mengamati engine rpm.

Dari dua signal yang diterima indikator, satu dari proses injeksi sebelum piston mencapai top dead center (TDC) dan lainnya dari putaran flywheel, akan terbaca berapa besar derajat waktu penyemprotan (timing) saat mesin beroperasi pada putaran tertentu.

* Dynamic timing test procedure

1.Pasangkan transducer ke fuel line silinder no 1.
2.Pasangkan magnetic pick-up pada flywheel housing.
3.Hubungkan transducer dan magnetic pick up ke indicator.
4.Sambungkan indicator ke battery untuk mendapatkan power.
5.Hidupkan mesin dan periksa fuel pressure (tekanan sistem bahan bakar).
6.Naikkan putaran mesin sampai 1000 rpm dan mulailah mengukur atau membaca dynamic timing.
7.Kemudian baca dan catat masing-masing dynamic timing, untuk setiap peningkatan putaran 100 rpm sampai high idle.

* Test Result

Hasil pengukuran dynamic timing yang diperoleh, batasannya harus sesuai dengan reference timing, awal (timing advance start) dan akhir (timing advance stop) yang tertuang engine performance spedification data.

Dari data pengukuran, buat grafik hubungan antara timing vs rpm:
1. Grafik timing advance harus membentuk garis secara beraturan (liner) sesuai dengan perubahan mesin rpm, dengan kemungkinan terjadinya penyimpangan-penyimpangan sangat kecil dari titik yang diperoleh setiap peningkatan 100 rpm.

2. Jika dari titik-titik yang diperoleh tidak membentuk suatu garis yang beraturan atau terlalu banyak penyimpangan, ini akan memberi indikasi adanya komponen yang rusak.

* Timing advance start dan stop advance

https://pernando413.blogspot.com/2020/09/pengetesan-sistem-bahan-bakar-fuel.html
 
Setelah diperoleh bentuk grafik dynamic timing dari hasil pengukuran, barulah kondisi automatic timing advance unit (ATAU) dapat dievaluasi. Baik atau tidak beroperasinya ATAU, tidak dapat diketahui tanpa melalui pengetesan dynamic timing.

Titik-titik yang diperoleh dari hasil pengukuran, harus sesuai spesifikasi dengan bentuk grafik atau garis seperti reference timing (1), timing advance start (2) dan timing advance stop (3).

* Plotting timing advance

Dengan membuat grafik dari hasil pengukuran dan membandingkannya dengan grafik data spesifikasi, akan memudahkan didalam melakukan analisa pada ATAU. Dari gambar tersebut dapat dilihat, apakah awal atau akhir timing advance (start/stop) terlalu cepat (1) atau terlambat (2).

Apabila dynamic timing advance yang diperoleh tidak sesuai spesifikasi, maka harus dilakukan tindakan apakah mengganti komponen tertentu atau dilakukan tindakan apakah mengganti komponen tertentu atau dilakukan penyetelan.

* Adjusting timing advance

Hanya automotic timing advance unit (ATAU) yang beroperasi secara hidrolik yang dapat distel yaitu dengan cara:

1. Kendurkan mur pengunci (locknut) yang terdapat pada ATAU

2. Putar skrup besar (large screw/start screw), kekanan (clockwise = CW) untuk menambah atau kekiri (counterclockwise = CCW) untuk menurunkan advance stop rpm.

3. Putar skrup kecil (Small screw /stop screw) kekanan (clock wise = CW) untuk menaikkan atau kekiri (counterclockwise = CCW) untuk menurunkan advance stop rpm.

* Star dan stop screw

- Sekrup besar atau large screw juga disebut start screw.

- Sekrup kecil atau small screw juga disebut stop screw.

- Setiap melakukan penyetelan timing advance start (sekrup besar atau start screw), maka timing advance stop (sekrup kecil  atau stop screw) juga harus distel. Karena memutar start screw (sekrup besar), stop screw (sekrup kecil) terbawa berputar hingga berubah dari posisi semula. Hal ini disebabkan posisi duduk dari stop screw berada pada ujung start screw.

* Pin Timing

https://pernando413.blogspot.com/2020/09/pengetesan-sistem-bahan-bakar-fuel.html

Seandainya pada waktu pengetesan reference timing (1) tidak sesuai dengan spesifikasi, periksalah komponen terkait lainnya yang ada hubungan dengan engine timing. Misalnya pemasangan timing gear atau fuel injection pump (FIP).

Untuk timing gear, prosedurnya dapat dilihat pada service manual. Sementara ini, selain berpedoman pada petunjuk service manual, pemasangan FIP ke mesin dilakukan dengan menggunakan alat yang bernama pin timing.

* Pin timing procedure

Pemakaian pin timing dibagi dalam dua klasifikasi, yaitu:
a.Timing bolt
Untuk menentukan atau menempatkan posisi no 1 pada top dead center (TDC) atau titik mati atas (TMA), baik waktu langkah kompresi (compression stroke) maupun langkah buang (exhust stroke).

b. Timing pin
Untuk memposisikan fuel injection pump (FIP) melakukan injeksi bahan bakar pada silinder no 1.

Prosedur:
1. Tentukan piston no 1 pada posisi TMA (TDC) langkah kompresi, dengan cara berikut:

- Masukkan dan tekanlah timing bolt kedalam lubang yang tersedia dan terdapat pada flywheel housing.

- Dengan menggunakan turning tool (alat pemutar) dan rachet wrench, putarlah mesin kekiri (CCW) hingga timing bolt masuk kedalam lubang berulir yang terdapat pada flywheel.

- Untuk memastikan apakah ini posisi piston no 1 TDC, kedua rocker arm dari intake valve dan exhaust valve harus dalam keadaan bebas.

2. Masukkan timing pin pada timing hole (lubang) yang terdapat pada FIP housing. Sambil menekan timing pin putarlah FIP camshaft kearah kiri (CCW), hingga ujung dari timing pin masuk kedalam slot (celah) yang terdapat pada FIP camshaft, proses ini disebut FIP timing.

3. Jika pin timing sudah selaras pada posisinya (baik timing bolt pada flywheel dan timing pin pada FIP), maka mesin dari FIP sudah timing (Sesuai pada posisinya) dan siap dihidupkan.

* Timing Check

Lakukanlah pengecekan atau pemeriksaan mesin dan FIP timing secara benar. Yaitu pada waktu memasukkan baik timing bolt pada flywheel, maupun timing pin pada camshaft harus lancar dan tidak dipaksa.

Periksalah secar berkala untuk memastikan kondisi mesin dan FIP timing adalah baik. Karena pengaruhnya akan terlihat pada kemampuan mesin saat beroperasi.

* Nozzle Testing

https://pernando413.blogspot.com/2020/09/pengetesan-sistem-bahan-bakar-fuel.html
 
Nosel harus diperikasa dan dites sebelum dipasang. Demikian pula halnya pada waktu melakukan service besar (engine overhoul).Pengetesan nosel harus dilakukan dengan alat yang direkomendasikan untuk test nosel (lihat gambar diatas).

Pada waktu pemeriksaan nozzle yang diperiksa adalah:

1.Valve opening pressure atau VOP (tekanan pembukaan klep nosel)

2.Valve seating, tip leaking atau back leakage (kebocoran nosel).

3. Spray pattern (bentuk semprotan).

Tujuan melakukan test nosel:
a.Valve opening pressure (VOP) adalah untuk mengetahui apakah tekanan pembukaan klep masih sesuai spesifikasi, jika tidak nosel harus ganti.

b.Test kebocoran, diberi tekanan (fuel) tertentu dan dibiarkan beberapa saat dengan waktu yang tertentu pula. Berapa tetes fuel yang keluar dan berapa turunnya tekanan (pressure drop) lihat spesifikasi dan jika tidak sesuai nosel harus diganti.

c. Spray pattern, untuk mengetahui bentuk penyemprotan dan pengabutan, apakah baik atau tidak beraturan.

Dari percobaan atau pengujian diatas, untuk membantu dalam mengambil keputusan apakah suatu nosel harus diganti atau tidak. Misalnya gantilah nozzle jika buntu, bocor sedikit atau mengucur dan selanjutnya.